Hakekat dan Landasan Kependidikan
Islam
Oleh:
Khairil Yulian ibn Ruslan Abd
al-Ghani ibn Abd al-Syukr Al-Shiddiq
Pendahuluan
Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya tidak
bisa dilepaskan dari sejarah Islam. Perinciannya dapat dibagi menjadi 5 masa,
yaitu:
- Masa hidup Nabi Muhammad Saw (571-632 M)
- Masa khalifah yang empat (Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali di Madinah (632-661 M)
- Masa Kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M)
- Masa Kekuasaan Abbasiyah di Baghdad (750-1250 M)
- Masa dari jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad tahun 1250 M sampai sekarang.[1]
Belajar adalah key term (istilah kunci)
yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah
merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.[2] Pendidikan bagi kehidupan umat manusia
merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.[3]
Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana
untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak
sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya.[4] Dewasa ialah dapat bertanggung jawab terhadap
diri sendiri baik secara biologis, psikologis, pedagogis dan sosiologis.[5] Dalam makalah ini penulis akan mencoba menguraikan
hal-hal yang merupakan hakekat dan landasan dari kependidikan Islam.
Hakekat Kependidikan
Islam
Kependidikan Islam dan pendidikan Islam dalam
bahasa Inggris sering diterjemahkan dengan kata yang sama, yaitu Education.
Hal ini dipertegas dengan pernyataan Drs. M. Noor Syam dalam bukunya Pengantar
Dasar-Dasar Kependidikan yang menyebutkan dasar-dasar kependidikan sama
artinya dengan dasar-dasar pendidikan. Dalam pengertian lain, dasar-dasar
kependidikan hanya merupakan uraian tentang teori-teori pendidikan yang
bersifat mendasar, atau bisa dikatakan hanya sebagai pengantar dasar-dasar ilmu
pendidikan.[6]
Dengan demikian, dalam mengkaji hakekatnya
kependidikan Islam, hal utama yang perlu dilakukan adalah mengetahui hal-hal
yang berkenaan dengan pendidikan itu sendiri secara teoritis, yang menyangkut
definisi pendidikan, tujuan pendidikan dan komponen-komponen lain yang terkait
dengan kependidikan Islam.
- Definisi
Pendidikan Islam
Pendidikan secara etimologis, menurut para ahli merupakan kata yang dimodifikasi dari kata bahasa Yunani, yaitu Paedagogie yang berarti “Pendidikan”.[7] Sementara menurut tinjauan terminologis, pendidikan oleh para pakar sering didefinisikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.[8]
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term al-Tarbiyah, al-Ta’lim dan al-Ta’dib.[9] Dari ketika term tersebut yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-Tarbiyah.[10]
Kata al-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: Pertama, rabba-yarbu yang berarti tertambah, tumbuh dan berkembang. Rabiya-yarba berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun dan memelihara.[11]
Pendidikan dalam konteks Islam ini, banyak kalangan pakar memberikan definisi. Seperti yang dikemukakan oleh Syekh Muhammad al-Naquib al-Attas bahwa
Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan.[12]
Pendapat senada dengan yang dikemukakan oleh Syekh Muhammad al-Naquib al-Attas tersebut juga dikemukakan oleh beberapa pakar pendidikan lainnya, seperti Drs. Ahmad D. Marimba,[13] Drs. Birlian Somad[14] dan Musthafa al-Ghulayaini.[15] - Tujuan
Pendidikan Islam
Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[16]
Menurut Prof. Dr. M. Athiyah al-Abrasi, para ahli pendidikan telah sepakat bahwa tujuan pendidikan Islam bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui. Tujuan pokok dan terutama dari Pendidikan Islam ialah mendidik anak budi pekerti dan pendidikan jiwa.[17]
Prof. H. M. Arifin, M.Ed., membedakan tujuan teoritis dengan tujuan dalam proses. Tujuan teoritis terdiri dari berbagai tingkat antara lain: tujuan intermedier, tujuan akhir dan tujuan insidental.[18] Sementara M. Arifin menyebutkan bahwa dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal.
- Sifat-sifat dasar manusia.
- Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
- Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.[19]
Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi, tujuan
pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu:
- Membentuk akhlak mulia
- Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
- Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segala kemanfaatannya
- Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik.
- Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.[20]
Dengan demikian, apa yang dikemukakan oleh Omar
Mohammad al-Thoumy al-Syaibaniy berikut yang menyebutkan secara ringkas bahwa
tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan
akhirat[21] memberikan pemahaman bahwa Pendidikan Islam
selalu mempertimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap
langkah dan geraknya.[22]
Landasan kependidikan
Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak
yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha
membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua
perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.
Dasar ilmu pendidikan Islam adalah Islam dengan
segala ajarannya. Ajaran itu bersumber dari Al-Qur’an, sunnah Rasulullah Saw.
dan Rakyu (hasil pemikiran manusia).[23]
Landasan Islam terdiri dari Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad Saw yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-Maslahah
al-Mursalah, Istihsan, Qiyas dan sebagainya.[24]
- Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Muhammad Saw dalam bahasa Arab yang terang guna menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia dan di akhirat.[25]
Dalam kaitan Al-Qur’an sebagai salah satu landasan kependidikan Islam, Ahmad Ibrahim Muhanna sebagaimana dikutip oleh Drs. Hery Noer Aly, MA. Dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan sebagai berikut:
Al-Qur’an membahas berbagai berbagai aspek kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan tema terpenting yang dibahasnya. Setiap ayatnya merupakan bahan baku bangunan pendidikan yang dibutuhkan semua manusia. Hal itu tidak aneh mengingat Al-Qur’an merupakan kitab hidayah; dan seseorang memperoleh hidayah tidak lain karena pendidikan yang benar serta ketaatannya. Meskipun demikian, hubungan ayat-ayatnya dengan pendidikan tidak semuanya sama. Ada yang merupakan bagian fondasionaldan ada yang merupakan bagian parsial. Dengan perkataan lain, hubungannya dengan pendidikan ada yang langsung dan ada yang tidak langsung.[26] - As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah Swt. Yang dimaksud dengan pengakuan itu adalah kejaidian atau perbuatan orang lain yang diketahui oleh Rasulullah Saw dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.[27]
Dalam lapangan pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Sunnah mempunyai dua faedah, yaitu:
- Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur’an dan menerangkan hal-hal yang rinci yang tidak terdapat di dalamnya.
- Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat dipraktikkan[28]
Banyak tindakan mendidik yang telah dicontohkan
Rasulullah dalam pergaulan bersama para sahabatnya. Muhammad Quthb menerangkan
bahwa pribadi Rasulullah Saw sendiri merupakan contoh hidup serta bukti
kongkrit sistem dan hasil pendidikan Islam.[29]
Di samping kedua landasan konstitusinal
normatif tersebut, ijtihad (ra’yu) juga dijadikan landasan kependidikan Islam.
Soerjono Soekanto menegaskan bahwa masyarakat selalu mengalami perubahan, baik
mengenai nilai-nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola tingkah laku,
organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang,
maupun interaksi sosial dan lain sebagainya.[30] Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu
berpikir dengan menggunakan seluruh ilmuyang dimiliki oleh ilmuan syariat Islam
untuk menetapkan/ menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang
ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal
ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan, tetapi
tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.[31]
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber
dari Al-Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli
pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi
tertentu. Teori-teori pendidikan baru dari hasil ijtihad harus dikaitkan dengan
ajaran Islam dan kebutuhan hidup.[32]
Kesimpulan
Dari uraian sekilas tentang hakikat dan
landasan kependidikan Islam yang telah penulis kemukakan di atas, dapat penulis
ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Hakekat kependidikan Islam adalah menciptakan pribadi muslim yang sempurna dan kesejahteraan dunia dan akhirat.
- Landasan kependidikan Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad (ra’yu).
——————————–cut here——————————–
Daftar Pustaka
Abrasi, M. Athiyah al-, Dasar-Dasar Pokok
Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1970
Abrasyi, Muhammad Athiyah al-, Dasar-Dasar Pendidikan
Islam, Terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry, Jakarta, Bulan Bintang,
1984
Aly, Abdullah, dan H. Djamaluddin Kapita
Selekta Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 1999, Cet. II
Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. I
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta, Bumi Aksara, 1991
Attas, Syekh Muhammad al-Naquib al-, Konsep
pendidikan Dalam Islam, Jakarta, Mizan, 1984
Daradjat, Zakiah, et.al., Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1996, Cet. III
Ghulayaini, Musthafa al-, Idhah al-Nashihin,
Beirut, Dar al-Fikr, 1984, h. 189.
Hasbullah, Ali, Ushul al-Tasyri al-Islam,
Kairo, Dar al-Ma’arif, 1971
Heriawan, Adang, et.al., Mengenal manusia
dan Pendidikan, Yogyakarta, Liberty, 1988, Cet. I
Ihsan, H. Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan,
Jakarta, Rineka Cipta, 1997, Cet. I.
Marimba, Ahmad D., Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung, Alma’arif, 1989
Musra, Muhammad Munir, Al-Tarbiyah
al-Islamiyah, Ushuluha wa Tathawuruha fi al-Bilad al-Arabiyah, t.tp., A’lam
al-Kutub, 1977
Nahlawi, Abdurrahman an-, Prinsip-Prinsip
dan Metode Pendidikan Islam, Bandung, CV. Diponegoro, 1992
Nahlawi, Abdurrahman an-, Ushul al-Tarbiyah
al-Islamiyah, Beirut, Dar al-Fikr, 1989
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam,
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 1975
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan
Teoritis dan Praktis, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1995, Cet. VIII
Qurthubiy, Ibnu Abdullah Muhammad bin Ahmad
al-Ansyary al-, Tafsir al-Qurthubiy, Kairo, Dar al-Syabiy, t.th, Juz. I.
Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam,
terj. Salman Harun, Bandung, Alma’arif, 1984.
Soekanto, Soerjono, Pokok-Pokok Sosiologi
Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 1988
Somad, Birlian, Beberapa Persoalan Dalam
Pendidikan Islam, Bandung, Alma’arif, 1981.
Syah, Muhibbin, M.Ed., Psikologi Belajar,
Jakarta, Logos, 1999, Cet. I,
Syaibaniy, Omar Mohammad al-Thoumy al-, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1979.
Syalabi, Ahmad, Tarikh al-Tarbiyah
al-Islamiyah, Kairo, al-Kasyaf, 1954.
Syam, M. Noor, et.al., Pengantar Dasar-Dasar
Kependidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1981

[1]Dr. Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam:
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 11.
[2]Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar,
(Jakarta: Logos, 1999), Cet. I, h. 55.
[3]Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. I, h. 1-2.
[5]Biologis: apabila seseorang telah dapat
menurunkan keturunan (akil balig), Psikologis: apabila fungsi-fungsi kejiwaan
seseorang telah matang, Pedagogis: apabila telah menyadari dan mengenal diri
sendiri atas tanggung jawab sendiri, Sosiologis: apabila seseorang telah
memenuhi syarat untuk hidup bersama yang telah ditentukan masyrakat. Ibid.,
h. 6.
[6]Sesungguhnya yang dimaksud dengan dasar-dasar
kependidikan ialah uraian ringkas asas-asas atau pengantar kependidikan.
Dasar-dasar kependidikan sama artinya dengan dasar-dasar pendidikan. Karena itu
dapat pula diartikan sebagai pengantar pendidikan atau pengantar dasar-dasar
ilmu pendidikan. Ini didasarkan pada pendekatan yang lebih mendasar dan
praktis. Artinya, uraian tentang teori pendidikan secara teoritis hanya
bersifat mendasar, sekedar memberikan wawasan tentang arti (pengertian,
definisi), ruang lingkup, fungsi, tujuan dan sistematika atau komponen-komponen
pendidikan lain, di samping juga menyangkut aspek-aspek yang antar-hubungannya
dapat berpengaruh dengan fungsi pendidikan seperti: masyarakat, negara,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai yang berlaku di
dalamnya. M. Noor
Syam, et.al., Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), h. 1.
[7]Paedagogie berarti “pendidikan” sedangkan paedagoiek artinya
“ilmu pendidikan”. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), Cet. I, h. 1; Paedagogos ialah seorang atau budak pada
zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan
dari sekolah. Juga dirumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan para Paedagogos.
Jadi nyatalah bahwa pendidikan anak pada zaman Yunani kuno sebagian besar
diserahkan kepada Paedagogos itu. Lihat: M. Ngalim Purwanto, Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), Cet.
VIII, h. 3.
[8]Drs. H. Fuad Ihsan, Op.Cit., h. 1-2;
Pendidikan merupakan kegiatan dimanis dalam setiap individu yang mempengaruhi
perkembangan fisik, mental, emosi sosial dan etikanya, dengan perkataan lain
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dinamis yang mempengaruhi setiap aspek
kepribadian dan kehidupan individu. Lihat: Drs. Adang Heriawan, et.al., Mengenal
manusia dan Pendidikan, (Yogyakarta: Liberty, 1988), Cet. I, h. 2.
[9]Lihat: Muhammad Munir Musra, Al-Tarbiyah
al-Islamiyah: Ushuluha wa Tathawuruha fi al-Bilad al-Arabiyah, (t.tp.:
A’lam al-Kutub, 1977), h. 17.
[10]Istilah al-Ta’dib dan al-Ta’lim jarang sekali
digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan pada awal pertumbuhan
pendidikan Islam. Ahmad Syalabi, Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah, (Kairo:
al-Kasyaf, 1954), h. 213.
[11]Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan
Metode Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), h. 31; Al-Tarbiyah
berasal dari kata rabb. kata ini memiliki banyak makna, tetapi
pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat,
mengatur dan menjaga kelestarian dan eksistensinya. Lihat: Ibnu Abdullah
Muhammad bin Ahmad al-Ansyary al-Qurthubiy, Tafsir al-Qurthubiy, (Kairo: Dar
al-Syabiy, t.th), Juz. I, h. 120.
[12]Syekh Muhammad al-Naquib al-Attas, Konsep
pendidikan Dalam Islam, (Jakarta: Mizan, 1984), h. 10.
[13]Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Drs. Ahmad D. Marimba, Filsafat
Pendidikan Islam, (Bandung: Alma’arif, 1989), h. 19.
[14]Pendidikan Islam adalah pendidikan yang
bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berkepribadian
tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang
tercantum dengan lengkap di dalam Al-Qur’an yang pelaksanaannya di dalam
praktek hidup sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Birlian Somad, Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam, (Bandung:
Alma’arif, 1981), h. 21.
[15]Pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak mulia
di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air
petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemapuan (meresap
dalam) jiwanya, kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja
untuk memanfaatkan tanah air. Musthafa al-Ghulayaini, Idhah al-Nashihin,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1984), h. 189.
[16]Drs. H. Djamaluddin dan Drs. Abdullah Aly,
Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet. II, h.
14; Ringkasnya tujuan pendidikan Islam adalah taqarrub kepada Allah, bahagia di
dunia dan akhirat. Menurut Imam Al-Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan
Insan Paripurna, baik di dunia maupun di akhirat. H. Djamaluddin dan Abdullah
Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),
Cet. II, h. 15.
[17]M. Athiyah al-Abrasi, Dasar-Dasar Pokok
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 2.
[18]M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 38; Tujuan Intermedier, yaitu tujuan yang
merupakan batas sasaran kemampuan nyang harus dicapai dalam proses pendidikan
pada tingkat tertentu. Tujuan insidental, merupakan peristiwa tertentu yang
tidak direncanakan, tetapi dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada
tujuan intermedier. Tujuan Akhir pendidikan Islam pada hakekatnya adalah
realisasi dari cita-cita ajaran Islam, yang membawa misi bagi kesejahteraan
umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan bathin di dunia dan akhirat. Lihat:
H. Djamaluddin dan Abdullah Aly, Op.Cit., (Bandung: Pustaka Setia,
1999), Cet. II, h. 17.
[19]M. Arifin, Filsafat pendidikan Islam,
(Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 120.
[20]Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar
Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1984), h. h. 3-4.
[21]Omar Mohammad al-Thoumy al-Syaibaniy, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 410.
[22]H. Djamaluddin dan Abdullah Aly, Op.Cit.,
h. 11.
[23]Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h. 30.
[24]Zakiah Daradjat, et.al., Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h. 19.
[25]Lihat: Ali Hasbullah, Ushul al-Tasyri
al-Islam, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1971), h. 17.
[26]Hery Noer Aly, Op.Cit., h. 38-39.
[27]Zakiah Daradat, et.al., Op.Cit., h. 20.
[28]Abdurrahman an-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah
al-Islamiyah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 23.
[29]Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam,
terj. Salman Harun, (Bandung: Alma’arif, 1984), h. 13.
[30]Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi
Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 1988), h. 87-88.
[31]Zakiah Daradat, et.al., Op.Cit., h. 21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar